Yogyakarta, Tahun sekian, beberapa tahun yang lalu.
Aku terlupa dengan tahun itu, rangkaian
kisah ini hanya teronggok begitu saja di pojok ruangan tanpa ada waktu
untuk membukanya kembali. Dan saat ini aku seolah diingatkan kembali
dengan cerita itu…
Ya.. Ketika Sore Hari di Stasiun Lempuyangan.
Seminggu lagi adalah Hari Raya, Lebaran.
Saat dimana kita Bebas “Balas Dendam” menikmati sesuatu yang selama
sebulan kita terpasung olehnya. Makan, Minum, Belanja sepuasnya bahkan
ngerumpi sekalipun. Asik,,,
Saatnya ngecek jadwal keberangkatan.
Memang, Kereta Api masih menjadi angkutan masal primadona di Bumi
Pertiwi ini. Ekonomis. Cukup dengan beberapa lembar uang ribuan sudah
bisa nyampai rute yang habis ditempuh berjam-jam. walau resikonya duduk
jongkok di pinggir pintu atau depan toilet yang kondisinya bukan rahasia
lagi….
“Mas Mau kemana?”
Seorang anak kucel, dekil mengikuti
langkahku, berusaha mensejajari. Ah… Lagi-lagi pengemis. mau sampai
kapan pengemis dan orang-orang miskin ini hilang di Bumi Pertiwi ini.
Kapan kemakmuran bisa merata di Bumi yang (katanya) gemah ripah loh
jinawi.
Aku ga peduli. Yang penting minggu depan aku mau pulang dan bisa berfoya-foya. Merdeka !
“Mau Beli tiket kereta, Kenapa?”
“Engga”
Aku meneruskan langkahku, aku ga peduli dengan pengemis yang satu ini.
“Mas yang tahun lalu pernah buka puasa bareng ya?”
Deg … Dia mengenalku. Ah… bolehlah, keberadaanku dikenal walau dikalangan pengemis dan anak jalanan.
Aku memutar otak, kemana memoriku? Lupa-lupa ingat (versi alm. siMbah Surip)
“Kamu kenal aku?” Penasaran.
“Ya. Mas yang dulu sama temen-temen Mas ngadain buka puasa dengan kami, anak jalanan, pengamen dan waria-waria seksi di sini…”
Memoriku kembali berputar beberapa saat ke belakang.
Ya, aku baru ingat kalau setauhn yang
lalu aku bersama aktivis organsisasi megnadakan bakti sosial di tempat
ini. Digerbong tua yang sellau dijadikan tempat berteduh bagi kalangan
tuna wisma seperti mereka..
“Namamu Siapa? Namaku Syawal”
Ah… Nama yang bagus, sesuai dengan moment seminggu lagi ini. Syawal. Tapi apa dia bisa merayakan Syawalan?
Emang gue fikirin. Yang penting dapat tiket pulang buat berhura-hura di rumah
“Masih Kuliah Mas?”
ehm… belum tahu kalau aku sekarang lagi menyelesaikan TUGAS AKHIR. Catat, Tugas Akhir.. Banganya hatiku.
“Iya” Jawabku singkat.
“Ngapain Kuliah lama-lama Mas, ngabisin biaya aja…”
Deg … Hey hey hey .. tahu apa ini anak soal kuliah? dalem banget pernyatannya. Anak sekecil ini sudah bisa komentar. Waw…
“Mas, Punya pakaian bekas? aku perlu
buat lebaran. Kemarin ada yang nyumbang ga kebagian karena rebutan.
sekalian buat ganti juga…”
Tuh kan, yang namanya pengemis, tetep aja bakat asalnya keluar. Sekali minta tetep minta !
……. ……
Bada tarawih …
“Anter aku ke Lempuyangan … ” Ajakku kepada teman sekos…
“Pak, disini ada yang namanya Syawal?”
Aku bertanya kepada salah satu penjaga mesjid disana. Mudah-mudahan anak
itu sedikit terkenal…
“Ada apa?”
“Ini ada sedikit pakaian buat dia, kali aja bisa dipakai buat lebaran”
“Ooo.. Tapi maaf Mas, Syawal tadi dibawa ke rumah sakit. Saya tidak tahu rumah sakit mana”
“Lha kenapa Pak..”
“Dia Pendarahan, habis berantem dikeroyok geng yang lain….”
…..
Apa dia masih bisa merayakan Syawal kali ini ….
…..
Aku teretunduk lemas…
(Buat Kang Joko Nugroho, Masih ingat cerita ini ? )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar