VISI dan MISI

Belajar, Berkarya dan Berprestasi ... Akademis, Organisatoris, dan Humanis

TUJUAN :

Forum Pengajian Anak-anak ini adalah sarana untuk menjalin silaturrahmi dan komunikasi juga informasi bagi orang-orang yang secara khusus pernah atau sedang berada di dalamnya atau siapapun yang memiliki kepedulian dan "kepentingan"..Forum ini sebagai media untuk sharing serta memantau setiap kebijakan PAN dengan tujuan untuk menjadikan PAN lebih baik dan lebih maju untuk kedepannya.dengan adanya Share, Masukan, Kritikan positif, semuanya bisa dijadikan sebagai media pembelajaran.....

VISI :

Pengajian Anak-anak Nur Farhan adalah sebuah lembaga pendidikan keagamaan yang bertujuan menjadikan generasi muda yang faham dan mengaplikasikan nilai-nilai keagamaan...

Pengajian Anak-anak Nur Farhan menerima santri baru untuk kegiatan belajar mengajar setiap hari Senin, Rabu dan Jumat jam 16.00 - 18.00 WIB. KBM terdiri dari 3 kelas yaitu kelas TKA Putra dan Putri, TPA dan TQA. Syarat Pendafaran : Mengisi Formulir, Pas Foto dan Foto Copy Akte Kelahiran.

TULISAN BERJALAN

SUKSESKAN SUKSESI KEPEMIMPINAN PENGURUS PENGAJIAN ANAK-ANAK NUR FARHAN 2013-2015

Selasa, 16 April 2013

USTADZ JUGA MANUSIA

Hidup adalah pilihan. Apapun itu. Sesuatu hal yang sifatnya positif atau negatif, tetap itu adalah pilihan. Ada banyak motivasi kita dalam mengambil pilihan-pilihan itu, baik karena tuntutan hidup, karena sesorang, hanya keisengan belaka, atau niat yang tulus demi sesuatu yang hendak dicapai. Hanya dirinya yang bersangkutan dan Tuhannyalah yang mengetahui apa motivasi di balik itu semua. Dan pilihan-pilihan itu mempunyai sebuah konsekuensi yang harus dipegang, konsekuensi yang harus dijaga dan konsekuensi yang harus dipertanggung jawabkan…

Termasuk menjadi sosok seorang Ustadz. Predikat Ustadz bukanlah sebuah gelar yang hendak dicapai oleh seseorang. “Saya ingin dipanggil Ustadz” atau “Saya ingin menjadi seorang Ustadz”. Karena sosok Ustadz, Kiai, Pendeta, Pastur, Guru dan apapun itu namanya, sejatinya adalah gelar yang diberikan oleh khalayak ramai, oleh masyarakat, oleh ummat kepada yang bersangkutan sebagai wujud apresiasi terhadap sikap dan perilaku atau bentuk penghargaan terhadap kiprahnya.

Menjadi seorang Ustadz bukanlah sesuatu yang mudah untuk dijalani. Tidak cukup dengan bermodalkan sehelai lembaran al-Quran, atau cukup dengan hafal bacaan al-Fatihah dengan penampilan berpeci, berbaju koko dengan membawa tasbih kemana pun dia pergi. Tetapi lebih dari itu, sosok dan perilaku yang harus dipegang yang mencerminkan sosok Ustadz. Bagaimana sih sikap yang ideal yang harus ditunjukkan oleh seorang Ustadz? Mungkin ini yang harus dipegang dan difikir ulang sebagai sebuah konsekuensinya.

Tentu saja, sebelum kita menerjuni sebuah “profesi” (memakai tanda petik karena menurut saya, menjadi Ustadz bukanlah sebuah profesi), kita harus mempunyai motivasi dari awal. Untuk apa, mau apa dan harus bagaimana. Ini sangat penting sekali, mengingat - sekali lagi - konsekuensi berupa tanggung jawab yang harus dipikul bukanlah perkara yang ringan. Sangat menodai Predikat Ustadz jika sosok Ustadz itu sendiri berperilaku sebagaimana yang lainnya. Lalu, apa bedanya?

Lalu, apakah seorang Ustadz harus menjadi sosok yang suci yang bebas dari dosa? Saya katakan “Ya”. Ketika kita mempunyai niat memasuki dunia “suci” seperti Ustadz, Guru, Pendeta, Biarawati, dan sebagainya, maka totalitas adalah harga mati. Oleh karena itu motivasi awal harus benar-benar melewati uji kelayakan. Terlepas dari Ustadz adalah manusia, Ada hal yang harus kita pegang, terlanjur basah, mandi sekalian. Itu mungkin peribahasa yang cocok yang menggambarkan seseorang yang terjun di dunia dakwah yang siap dengan resikonya.

Lantas apa yang membedakan Ustadz dengan manusia yang lainnya. Intinya Sama. Mereka sama-sama manusia. Tetapi ada yang membedakan ; perilaku. Bukan hendak mengklaim menjadi manusia yang sok suci, tetapi berusaha untuk menjadi lebih baik. Itu kata yang tepat !… …

Apakah Ustadz tidak boleh kaya? Karena akan menimbulkan fitnah dan prasangka buruk? Atau Ustadz tidak boleh matre, tidak boleh punya rumah mewah, tanah dimana-mana, jadi pengusaha, karena Ustadz identik dengan kesederhanaan? Seorang Ustadz harus memakai baju sederhana kalau perlu yang murahan, kemana-mana jalan kaki maksimal pake sepeda motor tahun 70-an, rumah sepetak di rumah kontrakan, kerja sebagai guru ngaji yang dibayar alakadarnya…

Atau Seorang Ustadz tidak boleh ngumpul-ngumpul kongkow-kongkow, jalan kesana kemari refreshing, nongkrong di keramaian? Karena seorang Ustadz seharusnya duduk terpaku di Masjid sambil menghitung tasbih di tangan, jalan paling banter ke pengajian, ngejar ta’lim dimana-mana, ngaji, ngaji dan ngaji, ceramah, ceramah dan ceramah …

Atau Usatdz tidak boleh berinteraksi dengan lawan jenis, karena berinteraksi dengan selain muhrim adalah terlarang, berduaan dengan lawan jenis adalah pantangan, mendekati hal yang akan menyebabkan terjerumus ke dalam perbuatan zina adalah tidak boleh, karena seorang Ustadz haruslah berinteraksi dengan sangat sangat terjaga kalau perlu mengisolasikan diri dari pergaulan agar tetap terjaga harkat dan martabatnya… …??

Atau seorang Usatdz tidak boleh menjadi seorang yang terkenal, karena kalau terkenal tidak ada bedanya dengan artis yang diekspos sisi-sisi privasinya, karena kalau terkenal seorang Ustadz akan menjadi komersial dengan mematok harga ceramah… … “Wani Piro?”

Atau Seorang Ustadz tidak boleh berpolitik karena dengan berpolitik sama saja dengan melakukan perbuatan kotor. Secara politik adalah kotor. Dengan berpolitik banyak Ustadz yang terjebak ke dalam hedonisme dan terhanyut dalam arus kekuasaan, terpesona dengan gelimangan harta dan silau sehingga korupsi … … Seorang Ustadz akan mati kutu jika berhadapan dengan Harta, Tahta dan Wanita…

Seorang Ustadz harus menjadi sosok yang suci dan anti dosa … …

Seorang Ustadz bukan tidak boleh kaya, tetapi yang penting bagaimana dia mendapatkan kekayaan itu dan bagaimana dia memanfaatkan kekayaannya tersebut. Kekayaan untuk modal berdakwah dan beramal. Karena untuk mendapatkan Sorga dan akhirat harus mempunyai modal terlebih dahulu. Masuk sorga tidak gratis, Kawan… Beramal, bersedekah, beribadah ; shalat, puasa, zakat, haji, adalah rangkaian ibadah yang butuh harta kekayaan…

Seorang Ustadz tidaklah harus menjadi sosok yang eksklusif dan mengisolir diri dari pergaulan. Dengan catatan, dia bisa membawa lingkungan di sekelilingnya ke arah yang lebih baik, bisa memberi warna dengan nilai positif, serta memoles maksud dan tujuan berada di keramaian. Apakah hanya sekedar Having Fun atau ada upaya menanamkan ruh untuk mendekatkan diri,  mencari kebaikan dan kebenaran… …??

Seorang Ustadz sebagai sosok penebar kebaikan, mau tidak mau harus berinteraksi dengan siapapun termasuk lawan jenis. Asal pola interaksi ini berbeda dengan interaksi yang sering dilakukan oleh “orang lain”. Dan pola interaksi ini diharapkan akan menjadi contoh bagi orang yang ada di sekelilingnya. Karena satu perbuatan baik, lebih bermanfaat dan mengena dibandingkan dengan sejuta kata yang mengandung kebaikan sekalipun. Atau sejuta kata kebaikan menjadi sia-sia ketika disaat yang bersamaan seorang Ustadz memberikan contoh yang tidak baik. Misal Seorang Ustadz mengajarkan kepada santrinya bagaimana berinteraksi yang baik dengan lawan jenis, tetapi disaat yang bersamaan seorang Ustadz tidak memberikan contoh bagaimana interaski yang baik itu. Ambigu dan dualisme. Istilahnya Kaburo Maqtan. Apakah layak jika seorang Ustadz duduk berduaan dengan tidak ada alasan yang dibenarkan? Apakah layak seorang Ustadz jalan dengan bergandengan tangan di tempat umum? Atau layakkan seorang Ustadz melakukan kebohongan-kebohongan, kondisi di luar dan di dalam sangatlah berbeda… atau melarang sesuatu dari apa yang dia lakukan? Ketika “orang lain” melakukan hal yang sama, maka sebuah “kewajaran” secara mereka awam terhadap ilmu agama, tetapi seorang Ustadz? Yang setiap saat sudah kenyang dengan teori-teori kebaikan… Hanya masalah aplikasi saja. Memang, kita tidak usah munafik yang mengatakan benci maksiat padahal menyukainya. Tapi bukan berarti itu menjadi legitimasi untuk berbuat vulgar. Lebih baik, Bagus Luar ya Bagus dalam. Sepakat ?

Seorang Ustadz bukan tidak boleh terkenal, yang terpenting dengan popularitasnya itu bisa membawa sisi positif sebagai publik figur yang bisa dicontoh. Dengan popularitas itu, dia bisa menyebarkan kebaikan tanpa harus berkata-kata, sehingga jika itu sudah bisa dipraktekkan, maka tidak ada lagi istilah Ustadz selebritis… :-)

Dan Seorang Usatdz bukan tidak boleh berpolitik, karena dengan berpolitik akan banyak hal yang bisa diberikan, terkait kebijakan publik… Tentunya juga bisa menunjukkan bahwa masih ada Pejabat-pejabat atau politisi-politisi yang bisa diharapkan yang masih mempunyai hati nurani, demi kemasalahatan Umat.

Sekali Seorang Ustadz bersikap Negatif, maka institusi di belakangnya akan dihujat habis-habisan, lembaga, jabatan, bahkan agama pun bisa kena dampaknya. Jadi, sebelum memasuki dunia ustadz, kuatkan hati, luruskan nat, bulatkan tekad agar dalam perjalannya diberi keistiqamahan, sehingga tidak ada kata putus di jalan. Sehingga gelar Ustadz tidak berubah menjadi Mantan Ustadz….

sumber : 
http://sosbud.kompasiana.com/2013/03/13/manusia-itu-bernama-ustadz-542513.html

1 komentar:

WAKTU

MEDIA SOSIAL